Bentuk Kata Cinta
Diantara sekian banyak agenda yang super padat, ia seperti tidak pernah kehabisan tenaga. Selesai mengikuti agenda A, berlanjut ke agenda B, lalu segera berlanjut ke agenda C, begitu seterusnya. Kadang aku sampai heran, apa yang membuatnya punya banyak tenaga sehingga bisa menghadiri agenda A sampai Z tanpa menunjukkan wajah lelah?
Saking penasaran, pertanyaan yang udah lama banget ingin ditanyakan. Akhirnya, di ujung malam sebelum memenuhi hak tubuh. Aku membuka isi status WhatsApp temen-temenku. Ada dia yang meng-update status. Tanpa berpikir lama, ku ketik pesan dengan pertanyaan,
“Kenapa ente enggak pernah kehabisan tenaga?”
Ketika pagi, aku membuka pesan darinya. Sebuah jawaban yang cukup membuatku tertegun. Singkat. Tidak panjang. Pun tidak pakai curhatan yang lebar.
“Karena ane uda nyaman di Relawan”, begitu pesan singkat darinya diruang chat WhatsApp.
Aku yang membaca isi pesan darinya, merasa sedang mendapatkan pembelajaran yang tidak aku dapatkan dibangku maupun ruangan megah sekalipun. Belajar banyak darinya, berbagi energi kebaikan sama halnya dengan mengisi energi kebaikan. Ketika berbagi, kita akan mendapatkan kebahagiaan yang cukup sederhana namun punya rasa yang tak bisa diuraikan dengan kata. Tumbuh begitu saja. Hingga waktu luang, tenaga, sampai harta yang diberikan pun merupakan hal yang sangat bisa menjadi sebab kebahagiaan itu hadir.
Tidak heran temenku ini, nyaris tidak pernah kehabisan tenaga ketika dia berbagi (re: menjadi relawan). Dari satu tempat menuju tempat yang lain. Dari agenda A menuju agenda selanjutnya. Bahkan terus mengembangkan potensi untuk bisa berbagi dengan maksimal. Mengoptimalkan segala daya dan upaya agar tetap berbagi.
Maka mungkin ini lah yang dikatakan, “bentuk kata cinta yang menjelma menjadi tenaga tidak ada habisnya. Ia terus terisi, diisi, dibagi dan begitu seterusnya”. Ungkapan yang senada pun pernah mengatakan bahwa “Seharusnya cinta itu bukan lagi merupakan sebuah kata sifat, tetapi sudah berubah menjadi sebuah kata kerja” –maafkan keterbatasanku yang lupa ini kalimat siapa, semoga orangnya ridha kalau kalimatnya dikutip dalam tulisan ini.
Kalau bukan sebab cinta, mana mungkin kita mau merelakan waktu kita terbuang begitu saja hanya demi mengurus urusan orang lain. Disebabkan cinta lah kita tak pernah berfikir bahwa musibah yang menimpa orang lain hanya untuk orang tersebut saja, melainkan menjadi sebuah keharusan kita untuk turut serta membantu. Kalau bukan sebab cinta, mana mungkin kita mau membuang tenaga kita hanya untuk berlelah-lelah. Disebabkan cinta lah kita tak pernah berfikir bahwa tenaga kita terbuang sia-sia. Pasti ada kebahagiaan yang kita dapatkan dari lelahnya berbagi. Entah itu kebahagiaan berbentuk pelajaran, hikmah, atau sesuatu hal baru yang tidak kita dapatkan dimanapun.
Jadi, ketika bertemu dengan orang yang bertipe seperti temenku ini, didukung saja tiap projek-projek kebaikan yang sedang ia ikhtiarkan. Kalau dia lelah, kasih pundak. Kalau dia lemah, dikuatkan. Barangkali kita hadir dalam kehidupannya sebagai bentuk kata cinta dari Allaah, atau sebaliknya. Pun jazaakillaah, sudah menginsipirasi sehingga tulisan ini hadir #eaqq
Terlebih, terimakasih tiada hingga yang dihaturkan untuk tiap kebaikan berasal dariNya yang tersampaikan melalui tangan mungil temenku ini.
Allahumma innii as-aluka hubbaka wa hubba mayyuhibbuka wal’amalladzi yuballighunii hubbaka, lewat doa Nabi Daud ini kita diajarkan untuk terus memohonkan cinta dariNya. Semoga kebaikan kebaikan yang sedang kita usahakan berasal murni dari cinta serta senantiasa hanya mengharapkan cintaNya.
Keren kak. Keren banget.
BalasHapusHadza min fadhli Rabbi, dek :)
HapusKereeeeeennnn
BalasHapusMasyaa Allahh...
BalasHapusTamparan keras untuk kaum rebahaann 😕😕