A Letter; Dari Rindu Kepada Rindu



Tidak ada yang benar-benar baik saja sejak berjarak. Tidak ada yang tak dirundung pilu sejak berjarak. Tidak ada rindu yang tak teriris sendu sejak berjarak. Tidak ada. Pada saatnya, kita sampai di titik menyadari bahwa jarak yang katanya bisa dilipat dengan saling bertukar kabar tetap saja memilukan. Rindu yang terus berlapis menjadikan semua tidak lagi sederhana. Meski begitu, doa tetap terhantar dengan baik padaNya, semoga suatu saat jarak akan takluk pada bilangan sabar yang kita pupuk tidak sebentar.

Seperti tak ingin berhenti mengucap rindu hingga rasanya tak tau lagi kata apa yang tepat menggambarkan rasa melebihi rindu. Ku semogakan doa-doa. Meski kini masih belum berwujud nyata. Pertemuan kita ternyata tak lagi sederhana. Meminta kita bersabar, bertahan, dan terus berprasangka baik. Ada harapan yang masih menyemai dalam dada; kau tak lupa bahwa kita pernah menjalani hari bersama. Memang hal yang mengerikan saat berjarak bukan ribuan kilometer membentang namun saat prasangka dan hati turut berjarak.


Terima kasih ya...
Sudah bersedia menjadi pendengar, hingga ku tak ragu bercerita menumpah yang tersimpan. Mungkin saat orang lain bertanya kenapa tentangku, kau tentu sudah tau jawabannya.
Sudah mengusahakan yang terbaik saat aku butuh bantuan. Usaha-usaha yang tentu dicatat oleh malaikat sebagai kebaikan.
Sudah menemani perjalanan yang tak mudah ini. Setiap peluh dan pilu, akan mendapatkan balasan terbaik dari Yang Maha Baik.

Kau masih menjadi orang yang ku nanti di sini, tak perduli cuaca yang berubah. Meski entah sampai kapan. Semoga rindu lekas sembuh dengan bertemu.


Komentar

Postingan Populer