Kini Ku Mengerti
Kita terdiri dari himpunan perjalanan, berisi semesta kenangan. Gabungan antara seluruh elemen perasaan. Beririsan dengan masa lalu yang (bisa jadi) terhubung ke masa depan.
Langkah-langkah yang sudah ditapaki hingga detik Allaah berikan kenikmatan sampai sekarang, suatu hal yang sangat sangat sangat harus disyukuri. 2017 merupakan fase seorang Ririn menutup amanah. Meskipun wis-sudah di tahun 2018. Setidaknya, penghujung tahun 2017 sudah menutup masa menjadi Mahasiswa dikampus, menutup amanah menjadi staff HUMAS di LDK, bahkan juga menutup masa amanah yang sudah terlalu lama sampai nyaris melegenda di Komde FSLDK Sumatera Utara.
2018 memang menjadi fase seorang Ririn belajar. Kini tak lagi belajar dalam ruangan yang didalamnya berisi bangku, ada papan tulis, lalu membawa buku, pulpen beserta tas. Belajar kali ini memang tak memiliki ruang, namun belajar kali ini justru lebih luas dari sekedar ruangan maupun bangunan menjulang tinggi pencakar langit.
2018 jugalah yang membawa aku mengerti pada jawaban dari pertanyaan ku ke Allaah.
Aku masih ingat, ketika aku bertanya ke Allaah soal gimana rasanya wis-sudah. Allaah jawab di penutup Maret 2018. Ketika aku bertanya gimana rasanya menjadi alumni yang mencari pekerjaan lalu menetap dirumah untuk beberapa saat, Allaah jawab setelah Maret sampai Juni. Ketika aku bertanya sekaligus meminta untuk dipertemukan dengan teman yang se-visi misi, Allaah jawab pertanyaan sekaligus doa-doa ku dengan mempertemukan tempat terbaik menurutNya untukku. Bahkan ketika aku pernah mencoba meyakini diri sendiri mengenai perpisahan yang akan terjadi bersama temen-temenku, Allaah juga memberikan jawaban "rasanya" berjarak dengan mereka.
Bahwa 2018 lebih dari sekedar catatan perjalanan yang layak dikenang. Melainkan didalamnya lah ada kotak berisi makna.
Kini ku mengerti, rasanya menjadi makhluk yang berada digedung megah, menjadi bagian dari orang-orang yang diwissudah. Mengingat tentang usia perjuangan yang masih panjang.
Kini ku mengerti, Allaah memberikan ujian sepaket dengan kunci penyelesaian. Hanya tinggal ikhtiar manusia saja dalam mencari penyelesaian yang Allaah sediakan.
Kini ku mengerti, membina rindu merupakan cara dari Allaah mentarbiyah makhlukNya dengan memberikan jarak. Mereka adalah orang-orang yang dititipkan Allaah lalu berhak tumbuh dan mengakselerasi pergerakan.
Kini ku mengerti, rasanya bertemu dengan orang baru, meminta penuh harap padaNya agar diteguhkan dalam jalan bersama, beriringan, bergandengan.
Dan kini ku mengerti, bahwa prasangka memang perlu ditabayuni. Yang berasal dari prasangka, belum tentu benar-salahnya. Tabayyun menuntun kita pada cahaya. Kejelasan yang tak lagi ragu.
Bagiku, tahun 2018 memberikan kesempatan untuk aku mempersiapkan banyak hal. Dan sekarang, tahun 2018 menyisakan beberapa hari kedepan, masih ada kesempatan untuk merapikan kenangan dan bersiap-siap untuk bertemu 2019.
Semoga kejutan demi kejutan yang Allaah beri, membuat kita tetap meletakkan syukur dan sabar diatas segala rasa
Rabbana hablana hukman wa adkhilnaa bishshaalihiin
Medan, riuh rintik kenangan
Langkah-langkah yang sudah ditapaki hingga detik Allaah berikan kenikmatan sampai sekarang, suatu hal yang sangat sangat sangat harus disyukuri. 2017 merupakan fase seorang Ririn menutup amanah. Meskipun wis-sudah di tahun 2018. Setidaknya, penghujung tahun 2017 sudah menutup masa menjadi Mahasiswa dikampus, menutup amanah menjadi staff HUMAS di LDK, bahkan juga menutup masa amanah yang sudah terlalu lama sampai nyaris melegenda di Komde FSLDK Sumatera Utara.
2018 memang menjadi fase seorang Ririn belajar. Kini tak lagi belajar dalam ruangan yang didalamnya berisi bangku, ada papan tulis, lalu membawa buku, pulpen beserta tas. Belajar kali ini memang tak memiliki ruang, namun belajar kali ini justru lebih luas dari sekedar ruangan maupun bangunan menjulang tinggi pencakar langit.
2018 jugalah yang membawa aku mengerti pada jawaban dari pertanyaan ku ke Allaah.
Aku masih ingat, ketika aku bertanya ke Allaah soal gimana rasanya wis-sudah. Allaah jawab di penutup Maret 2018. Ketika aku bertanya gimana rasanya menjadi alumni yang mencari pekerjaan lalu menetap dirumah untuk beberapa saat, Allaah jawab setelah Maret sampai Juni. Ketika aku bertanya sekaligus meminta untuk dipertemukan dengan teman yang se-visi misi, Allaah jawab pertanyaan sekaligus doa-doa ku dengan mempertemukan tempat terbaik menurutNya untukku. Bahkan ketika aku pernah mencoba meyakini diri sendiri mengenai perpisahan yang akan terjadi bersama temen-temenku, Allaah juga memberikan jawaban "rasanya" berjarak dengan mereka.
Bahwa 2018 lebih dari sekedar catatan perjalanan yang layak dikenang. Melainkan didalamnya lah ada kotak berisi makna.
Kini ku mengerti, rasanya menjadi makhluk yang berada digedung megah, menjadi bagian dari orang-orang yang diwissudah. Mengingat tentang usia perjuangan yang masih panjang.
Kini ku mengerti, Allaah memberikan ujian sepaket dengan kunci penyelesaian. Hanya tinggal ikhtiar manusia saja dalam mencari penyelesaian yang Allaah sediakan.
Kini ku mengerti, membina rindu merupakan cara dari Allaah mentarbiyah makhlukNya dengan memberikan jarak. Mereka adalah orang-orang yang dititipkan Allaah lalu berhak tumbuh dan mengakselerasi pergerakan.
Kini ku mengerti, rasanya bertemu dengan orang baru, meminta penuh harap padaNya agar diteguhkan dalam jalan bersama, beriringan, bergandengan.
Dan kini ku mengerti, bahwa prasangka memang perlu ditabayuni. Yang berasal dari prasangka, belum tentu benar-salahnya. Tabayyun menuntun kita pada cahaya. Kejelasan yang tak lagi ragu.
Bagiku, tahun 2018 memberikan kesempatan untuk aku mempersiapkan banyak hal. Dan sekarang, tahun 2018 menyisakan beberapa hari kedepan, masih ada kesempatan untuk merapikan kenangan dan bersiap-siap untuk bertemu 2019.
Semoga kejutan demi kejutan yang Allaah beri, membuat kita tetap meletakkan syukur dan sabar diatas segala rasa
Rabbana hablana hukman wa adkhilnaa bishshaalihiin
Medan, riuh rintik kenangan
Komentar
Posting Komentar