Buku Rekomendasi Untuk Persiapan Menikah *ceileh
“Jadilah tidak hanya saling melengkapi tapi juga saling mengembangkan potensi” –Dokter Fina
Kali ini memberanikan diri untuk ngebahas nikah dan menuangkannya ke dalam tulisan bahkan menerbitkannya ke blog hehe. Perihal menikah gak ada orang yang benar-benar siap di dunia ini, yang ada hanya orang yang terus mempersiapkan lalu memberanikan diri dengan kesiapan. Menurut pengakuan temen-temen ku yang sudah menikah ya begitu, meski mereka sudah menargetkan diri untuk menikah dalam waktu terdekat, tetap ada rasa belum benar-benar siap menjalani hidup dengan orang asing yang akan dilihat setiap hari, ketika bangun tidur dan mau tidur.
Sebenarnya, mengerti kalau sebelum menikah harus begini dan begini sejak satu tahun setengah belakangan ini. Dulu waktu kuliah, gak pernah terlintas dalam benak tentang pernikahan. Bahkan aku masing inget banget, guru ngaji ku bilang “pernikahan itu sebuah keniscahyaan tapi bukan bahasan yang dibahas terus-terusan”. Aku dan temen-temen yang masih bocah ingusan, enggak pernah menyinggung pernikahan ketika masih kuliah. Waktu kami dihabiskan untuk kuliah, ngerjain tugas, estafet syuraa, estafet agenda, ngaji, dll. Sok rajin aja gitu, biar enggak bahas nikah.
Dan memang kami sama sekali enggak mikir tentang pernikahan. Setelah pasca kampus, pada mencar ke sana sini. Uda enggak dalam satu wadah aja. Uda ada yang disini, juga ada yang disana. Masing-masing uda harus bisa survive dengan pekerjaan. Setengah tahun pasca kampus disambi dengan bekerja merupakan setengah tahun yang membuat aku terkejut bathin dengan dunia pasca kampus. Dengan pilihan yang ditawarkan, dengan lingkungan baru di pekerjaan, pokoknya dengan adaptasi lingkungan baru.
Termasuk aku terkejut dengan pembahasan nikah yang mulai menjamur dimana-mana, sampek pernah mikir “gak ada pertanyaan yang lebih enak ya selain nikah? Nanya yang lain gitu”. Efek di kampus gak pernah bahas nikah, pasca kampus ada bahasan serta pertanyaan tentang nikah dimana-mana langsung sesak nafasmau pingsan wkkwk. Tapi beneran terkejut, ngerasa aneh juga. Sampai di suatu ketika iseng-iseng gak berhadiah ngikutin kelas online pranikah yang dikelolah oleh team Titik Balik. Selain murah, jangka waktunya juga enggak lama dan yang paling penting materinya sesuai lah dengan pembahasan menikah. Enggak asal-asal kelas online gitu dan enggak menye-menye. Nge-stalk akun pematerinya juga oke. Jadi gaskeun ikutan.
Termasuk aku terkejut dengan pembahasan nikah yang mulai menjamur dimana-mana, sampek pernah mikir “gak ada pertanyaan yang lebih enak ya selain nikah? Nanya yang lain gitu”. Efek di kampus gak pernah bahas nikah, pasca kampus ada bahasan serta pertanyaan tentang nikah dimana-mana langsung sesak nafas
Dari kelas online, aku yang begitu polos ini setidaknya sedikit menjadi mengerti bahwa menikah itu butuh persiapan. Dan persiapan menikah gak disiapkan dalam sehari atau dua hari, atau malah sebulan atau dua bulan. Malah di saat-saat sekarang, saat hilal jodoh belum keliatan, adalah masa untuk mempersiapkan #eaq. Siapin mulai dari ilmu, amal (ruhiyah), harta (maal) dan lain sebagainya.
Salah satu ikhtiar mempersiapkan dari segi ilmu ialah dengan membaca buku yang membahas tentang pernikahan. Tapi bukan buku yang bahas sekedar cerita manis romantis sudah gugur di jalan jomlo ya. Melainkan buku-buku yang berisi hal-hal yang harus dilakukan sebelum menikah sampai sesudah menikah. Baik, berikut buku-buku yang bisa temen-temen baca untuk menyiapkan pernikahan.
1. Baarakallaahu Laka, Bahagianya Cinta
Buku ini tebel, 534 halaman. Setara dengan tebel buku Sirah Nabawiyah hehe. Manfaat membaca buku ini juga tebel. Buku ini membahas pernikahan secara rinci, bahkan aku pernah baca di salah satu postingan “Mba di Instagram”, dia mengatakan bahwa membaca buku ini menjadi salah satu indikator kesiapan menikah. Saking pentingnya membaca buku ini. Isi buku ini apa aja sih? Buku ini berisi tentang barakah, niat menikah, tata cara menikah, kehidupan setelah menikah, kontribusi pernikahan untuk dakwah dan peran perempuan sebagai istri, ibu, serta da’iyah. Sepanjang itu penjelasannya di dalam buku. Maka dari itu, buku ini sebagai bekal untuk mengarungi samudera bernama pernikahan.
“Pernikahan dapat diharapkan menjadi sarana bagi masing-masing pihak untuk melejitkan potensi diri. Masing-masing saling mendukung pasangannya untuk mengaktualisasikan diri. Bukan sebaliknya. Jangan ada penumpulan potensi, jangan ada pematian kreativitas.” –Usztadz Salim A Fillaah
2. Men are From Mars, Women Are From Venus
Duhai kaum Venus, pernah gak sih ngerasa KZL dengan ketidakpekaan kaum Mars? Jelas pernah. Dan duhai kalian kaum Mars, pernah gak merasa bingung dengan perubahan tingkah laku kaum Venus yang tiba-tiba gak mood padahal di detik yang baru aja berlalu moodnya baik-baik aja? Tentu pernah. Buku ini memandu dua makhluk yang berasal dari planet yang berbeda untuk saling memahami. Kebayang dong ya setelah menikah, kita hidup serumah serta menghadapi kenyataan setiap hari berkomunikasi dengan makhluk yang berasal dari planet yang berbeda dengan kita. Adaptasi ini tidak mudah. Angka perceraian yang meningkat, salah satu penyebabnya ialah “komunikasi”. Yak, komunikasi adalah sebuah koentji.
Buku ini mengulas tentang laki-laki berasal dari planet Mars dan perempuan berasal dari planet Venus. Sangat memungkinkan pola komunikasi perempuan dan laki-laki berbeda. Laki-laki menyelesaikan masalah dengan memasuki gua, sementara perempuan dengan bercerita. Gimana kalau laki-laki ingin memasuki guanya bersamaan dengan waktu perempuan bercerita? Kuy, baca buku ini.
“Kita tak boleh mengharapkan pasangan kita untuk senantiasa bersikap penuh cinta atau bahkan untuk ingat bagaimana mencintai. Bersiap-siaplah untuk sesekali kehilangan arah. Bersiap-siaplah apabila pasangan Anda tersesat”. –John Gray PhD
Kelas online yang waktu itu aku ikuti, kelas online yang diisi oleh pemateri pasangan muda asal kampus UGM yaitu Mba Zahra dan Mas Fahmi. Di awal gak pernah menyangka bahwa hasil dari kelas online tersebut dijadikan buku. Karna berpikir hanya sekilas materi saja. Dan buku Mengukir Peradaban inilah buku hasil dari kelas online tersebut. Materi-materi yang disajikan di dalam kelas online dituangkan ke dalam isi buku Mengukir Peradaban. Jadi kalau mau tau apa aja yang aku pelajari selama mengikuti kelas online, sila banget baca buku ini. Buku ini bukan buku yang berisi menye-menye tentang pernikahan. Bukan pula buku yang mengisahkan kisah bahagia saja dalam pernikahan. Melainkan buku ini bisa menjadi referensi untuk mengetahui tentang pra maupun pasca nikah. Ohya, kalau ingin ngintip tulisan-tulisan Mba Zahra dan Mas Fahmi, sabi banget cek disini
“Jadi, sebelum melangkah lebih jauh, pastikan kita paham dulu paradigm tentang pernikahan dan cara pandang kita terhadap prosesnya sudah benar dan tepat” –Mba Zahra dan Mas Fahmi
Kalau tentang buku fiqih, aku merasa kita sebagai seorang Muslim/ah haruslah tau tentang hal-hal yang mendasar. Rasanya wajib banget baca buku fiqih. Baik itu fiqih sunnah, fiqih prioritas, fiqih wanita, dan lain sebagainya. Kalau semisalnya belum sanggup membeli buku Fiqih Sunnah karya Sayd Sabiq, ya nggak apa baca terlebih dahulu buku ini. Sebab Bab paling utama yang menentukan sah atau tidaknya shalat kita ya Thaharah. Jangan sampai urusan Thaharah pun kita belum mengetahui sedikitpun.
Pernikahan memang selalu menjadi bahasan yang tak pernah ada habisnya untuk dibahas, sebab secara fitrah, kita semua pada waktunya akan menikah dan ingin membangun sebuah keluarga. Persiapan menikah selalu menjadi hal yang kursial dilakukan. Langkah lain untuk mempersiapkan diri menuju pernikahan dari segi ilmu ialah dengan mengikuti kelas pernikahan baik secara online maupun offline. Namun alangkah baiknya melihat topic bahasan yang benar-benar membahas mengenai pernikahan bukan sekedar kelas yang memberikan informasi bahwa menikah itu indah.
Iyak, memang menikah itu indah, tapi menikah bukan sekedar pertemuan dua makhluk Allaah yang berlawanan jenis lalu dipersatukan. Saat ini, aku berpikir bahwa kebutuhan kita mengenai ilmu pernikahan tidak lagi sekedar cerita romansa, tapi memang harus melek jalan pernikahan tak semulus jalan tol.
Selain mengikuti kelas online maupun offline, bisa silaturrahmi langsung ke temen-temen yang sudah menikah. Menyerap ilmu dari yang sudah berpengalaman. Mengetahui langsung lika-liku perjalanan menikah. Sehingga bisa mempersiapkan segalanya dengan begitu rinci.
Yaudah ya, segitu aja dulu ya. Semoga kita tergolong orang-orang yang beruntung yang sudah mempersiapkan secara “berangsur-angsur” persiapannya. Sehingga kita akan mudah mengakhiri masa lajang kita #hiyaaa.
Komentar
Posting Komentar