What are some life lessons I learned from PPL?
"Perjuanganmu tidak akan sia-sia, ketika orang lain hanya menilai hasil akhirmu, kelak mereka akan menyadari betapa hebatnya perjuanganmu. Mereka akan menyadari, hasil akhir yang hebat berasal dari perjuangan yang hebat."
-Arief Subagja
Tentu ada hikmah yang bisa diambil dari perjalanan ini. Sudah sebulan mempersiapkan, tapi rasanya gak siap-siap. Kadang mikir, "yaudalah ya, kerjain aja apa adanya", di sisi lain malah mengatakan, "usaha itu harus maksimal, berjuang gak boleh setengah-setengah. Setengah niat, setengahnya enggak niat". Hingga aku yang hanya butiran rinso ini, mencoba untuk merangkum yang uda dipelajari dari PPL 2020 ini;
1. Allaah yang mampukan
Kalau manusia ingin sombong, sebenarnya apa yang bisa disombongkan dari kelemahan manusia? Takkan mungkin manusia mampu kalau bukan karna atas izinNya.
banyak banget ya :") iya gitu
Aku demam selama 3 pekan, meski sebenarnya enggak keliatan demam karna memaksakan diri untuk bisa ngerjain kesana sini. Badan terasa greges (((apasih bahasa indonesianya wkkwk))). Entah ini demam panggung yang menjadi demam beneran, atau memang demam bukan karna demam panggung. Hari-hari mendekati PPL menjadi hari-hari yang tidak mudah untuk dijalani. Mata bengkak karna nangis. Pikiran kacau. Rasanya enggak mau dan enggak siap untuk melalui hari PPL. Merasa lidah keluh kalau harus jelasin materi.
Padahal, temen-temenku PPL sampai 3 pekan dengan 3 kali tatap muka. Aku hanya 2 pekan, tapi berasa sebulan tatap muka saking merasa berat untuk ngejalaninya. Barangkali, terlihat tawa renyah di depan kamera zoom lalu mudah dalam menjelaskan, bukan karna diri sendiri yang mampu, namun Allaah yang mampukan. Aku sangat sadari hal ini dari melalui perjalanan selama sebulan.
Kalau bukan karna Allaah yang menguatkan, mampukan, memudahkan, aku yang semula tidak mengerti bahkan sudah lupa rumusnya, tentu tidak akan mampu menjelaskan materi di hadapan mereka. Singkatnya, aku malah lebih memilih diam; pura-pura tidak tahu PPL dan sok amnesia.
Pada kenyataannya aku enggak kayak gitu. Sepanjang luas daerah di bawah kurva yang dipartisi menjadi n selang bagian ini, sepanjang itu pula aku meminta ke Allaah untuk menguatkan, memudahkan dan mampukanku memahami materi sehingga aku bisa menjelaskan.
sebegitunya ya?
iya :") sebegitunya. Pada dasarnya memang manusia tak punya daya apa-apa.
Aku jadi belajar, kalau kita bisa bukan karna diri kita sendiri, melainkan Allaah yang mengizinkan kita bisa, lalu semesta turut mendukung, ada orang-orang baik yang turut membantu. Kita gak boleh bergantung pada diri sendiri.
2. Tidak Sendirian
“Selalu ada orang baik di belahan dunia manapun.”
―
3. Sesuai Porsi
Bukan cuma aku yang merasa sulit ngejalani masa-masa ini. Bukan cuma aku yang merasa kalau ini puzzle tantangan. Bukan cuma aku yang diliputi rasa takut, khawatir, dan mau segera berlalu aja. Bukan cuma aku yang begitu. Bukan pula fiktif yang didramatisir agar orang-orang tau betapa tidak mudahnya. Tapi emang begitu adanya. Itu yang kami rasain.
Aku dan temen-temenku punya ceritanya masing-masing, punya porsi kesulitan yang bisa kami lalui sesuai dengan kesanggupan kami. Kalau ditanya satu persatu, pasti ceritanya beda-beda. Walaupun PPL di mata kuliah yang sama. Meski kalau lihat kanan-kiri, rasanya indah sekali jalan cerita PPL mereka, tapi setelah mengetahui letak sulitnya, jadi bergumam ke diri sendiri, "hmm gitu. sesuai kok dengan kesanggupan".
Mungkin kalimat mantra yang memberitahu bahwa kita diuji sesuai dengan kesanggupan kita bukan sekedar kalimat, namun memang itulah adanya. Di awal memang kita merasa gak akan bisa melalui, tapi ternyata lagi lagi dan lagi Allaah membimbing kita untuk melalui.
Jadi belajar untuk jangan menyerah dulu, jangan patah dulu, dan maksimalkan dulu usahanya. Manusiawi banget kalau merasa takut, tapi bukan berarti kehilangan percaya bahwa ada Allaah dan ada hikmah dibalik ini semua.
4. Berterima kasih banyak
Mau direkam di sini. Mau diinget dengan baik. Walaupun gamauk diulang lagi (((hehehe))), kecuali kalau diminta untuk menetap :)
rangkuman zoom yang sengaja diedit biar apik :)
A adalah Aku. M adalah mereka.
A : terima kasih banyak ya temen-temen sudah baik-baik aja selama saya mengajar
M : Iya bu, sama-sama bu, ibu juga baik sama kami
A : Saya gatau nih gimana caranya ngucapin rasa terima kasih di atas terima kasih. Saya cuma bisa berdoa untuk temen-temen, semoga temen-temen dikuatkan, dimampukan, diteguhkan, tidak patah dulu, tidak balik arah, dan bisa menikmati perjuangan selama 3 tahun setengah ke depan
M : *mengucap aamiin ramai-ramai
A : *senyum-senyum dengerin mereka yang meng-aamiinkan doaku dengan khusyuk
M : Bu, pekan depan berarti gak sama ibuk lagi ya?
A : Iya eehehehe
M : yaaah bu yaaaah waduuuh waduuuh. Bu, tetap masuk kelas kami napa
A : Ehehe maapya, gamauk. saya mau lanjutin untuk nuntasin tugas-tugas saya di kampus ini
M : Buk, sampai ketemu di kampus tahun depan ya buuuk
A : Oh iya ya. semoga kita ketemu ya. Saya sepertinya akan sering ke S-1
M : Ngapain buk? Masuk kelas kami lagi kan Buk?
A : Eh? enggak... enggak... Mau bimbingan
M : Yaaah kirain Bu
A : Ehehe. Sudah ya, saya tutup pertemuan kita di zoom hari ini ya. Kalian istirahat siang ini, nanti malam begadang
M : iiih ibuk tau aja, kami uda mau hampir gilak ini buk
A : Jangan patah dulu ya. Sama-sama kita tuntasin yang uda kita mulai. yok kita bertanggungjawab yok. yok bisa yok...
M : iya buk. buk, semangat ya buk.
A : Kalian juga ya. Sudah yaaa. *salam
M : *mereka jawab salam. dan ku tutup.
...maka manislah dalam ingatan untuk dikenang. Berterima kasih ke mereka yang baik-baik aja selama proses berjalan, orangtua yang pengertian walaupun beberapa hari bingung lihat anaknya nangis-nangis dramatis, temen-temen yang baik tentunya uda dicatat dalam ingatan, seluruh kerabat kerja (((eh gayaan))), ほんとう に ありがとうございます. Ririn mah cuma butiran rinso yang gak bakal harum tanpa campur tangan Allaah untuk menggerakkan kebaikan mereka semua.
5. Pasti berlalu
Entah berapa kali harus mengulang dan meyakini diri sendiri bahwa semua ini akan berlalu. Semua ini pasti bisa dijalani. Semua ini pasti bisa diselesaikan. Tiap kali rasanya mau patah aja, mengulang lagi kalimat itu. Sampai bilang ke diri sendiri, "ayo Rin, tuntaskan dengan baik yang uda dimulai".
Percaya atau gak percaya, kita akan didekatkan dengan yang kita cari. Hari-hari menjalani fase ini seperti butuh semangat, butuh banyak quote untuk nguatin keyakinan tanpa butuh alasan yang membantah, trus pas buka instagram, ketemu quote yang relate;
Seringkali bilang, "kepala mau pecah", ribuan kali bilang "stress banget, aku gakuat", tapi akhirnya selalu berhasil menyelesaikan dengan baik dan tepat meskipun kadang gak sepenuhnya puas
its okay, yang terpenting kamu harus inget, you're more than what you think ! -@azmeela.gallery
Pembelajaran berharga di menuju penutup tahun 2020 ini, aku semakin terhubung melalui tangis-tangis dalam doa, semakin merengkuh erat doa-doaku dan mengulang kembali konsep tawakkal yang uda pernah dilalui. Seberat-beratnya hari yang dijalani, pasti akan berlalu. Aku belajar lagi untuk lebih mengimani bahwa Maha Baiknya Allaah di setiap urusan kita.
Saat kita pelan-pelan memasrahkan diri. Saat kita berusaha dengan usaha terbaik. Saat kelelahan kita mengadu dalam doa. Saat itu pula cara cintaNya bekerja. Semoga patahan-patahan hati kita sebagai bentuk penggugur dosa :") Kesabaran yang kita tempah mampu mengantarkan kita pada pemahaman tabah.
Sekali lagi, Terima kasih buat semuanya.
Aku siap lanjut dan move on dari 2020 ! Aku percaya Allaah akan menghadiahi kita dengan hadiah terbaikNya di tahun 2021. Siap-siap berlayar !
Don't give up until end :) Semangat HUPHUPHUP !
Betul yg kita bilang kemaren2 kan rin, berlalunya semua ini, tinggal ikhtiar dan dijalani😁
BalasHapusselega ini ya kan uda berlalu wkkwk
Hapus