Menghidupkan Ramadhaan dengan Ikhtiar Terbaik; Kelas Ramadhan Maksimal

source : unsplash

Judulnya panjang banget ya. Beda sama judul postingan blog sebelum-sebelumnya, iya judulnya (((menurutku))) emang ngegambarin perjalanan panjang Ramadhaan di tahun ini. Ramadhaan yang beneran berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kalau boleh jujur, Ramadhan kali ini menjadi Ramadhan yang paling bermakna. Meski untuk melaluinya juga butuh usaha yang tak mudah, bahkan gak jarang melalui tangis-tangis minta pertolongan ke Allaah. Satu hal yang paling aku sadari, hal yang bermakna akan membekas menjadi cinta, sehingga emang rada sulit melepaskan.

Sama. Rasanya berat dan gak pengen berakhir dari kelas yang aku ikuti ini. Kelas yang uda bantu aku mewujudkan 'keinginan sederhana' ku di tahun ini. Kelas yang menjadi wasilah bagi rencana serta wacanaku menjadi gak sekedar wacana, tapi beneran aksi nyata.

Pernah gak sih ngalamin, bertekad bahkan berjanji ke diri sendiri untuk gak mau melewatkan Ramadhan dengan sia-sia? Tentu pernah. Lalu pernah gak tekad juga janji yang kita buat kepada diri sendiri malah berujung penyesalan? Iya penyesalan karna masih belum bisa merealisasikannya. Terlebih masih sering leyeh-leyeh dan sepele sama waktu. Berujung tangis kita pecah dan meminta diberi kesempatan lagi dan lagi oleh Allaah. Aku yakin, tentu kita pernah mengalami itu semua. Terutama di bulan Ramadhaan, di saat tulisan yang sliweran menyuarakan betapa indahnya Ramadhan dengan melakukan amalan terbaik, kita masih menangisi diri dan bertanya "mengapa aku gak mampu melakukan serta memaksimalkan Ramadhaan?".

Aku mau ngenalin kelas yang aku ikuti di tahun ini, yang membuat Ramadhan ku sungguh-sungguh bermakna. Kelas yang membantu para muslimah untuk mentransformasikan Ramadhan, juga kelas yang membuat para muslimah untuk enggak boleh kebanyakan excuse. Banyak banget hikmah yang aku dapatkan dari ngikuti kelas ini. Durasi kelas ini selama 7 pekan, artinya selama 7 pekan itu hari-hari kami dipenuhi dengan berjuang untuk menuntaskan amalan yaumi sebagai usaha agar dekat dengan Allaah.


Iya, Ramadhan emang cuma 4 pekan, di kelas ini amalan yaumi dikerjain sebelum Ramadhan, ketika Ramadhan dan sesudah Ramadhan. Tujuannya sebelum Ramadhan ya karna ingin manasin mesin, biar pas Ramadhan gak ngos-ngosan lari. Kan gak ada pelari yang latihan lari di hari H lomba. Begitupun di kelas ini tidak ingin membuat kami ngos-ngosan ngejar amalan hanya pas di hari H Ramadhan. Untuk yang sesudah Ramadhan, tujuannya untuk semangat kita yang menggebu-gebu gak cuma di Ramadhaan aja, mirisnya tuh kita kadang cuma jadi hamba Ramadhaan doang. Bukan hamba Allaah yang senantiasa berusaha untuk melakukan amalan terbaik sepanjang waktu.

Berikut beberapa rangkuman hikmah yang bakal aku tulis di sini, barangkali hikmah yang aku tulis di sini merupakan sebagian kecil hikmah dari besarnya nikmat Allaah atas kesempatan mengikuti kelas ini. Barangkali juga, hikmah yang aku tulis di sini hanya sedikit dari banyaknya hikmah yang teman-teman KRM lainnya dapatkan melalui Kelas Ramadhaan Maksimal. Btw, hikmahnya gak sesuai urutan, sedapetnya aku dan mungkin cukup berantakan, namun semoga bisa ditangkap ya hikmahnya. Oke, here you go:

Pertolongan Allaah itu Nyata

icon grup kelompok ku hihihi aku gabung di kelompok 31

Diantara usaha-usaha manusia, pasti terselip pertolongan Allaah sebab takkan mungkin manusia mampu melakukan sesuatu kalau bukan karna Allaah yang mengizinkan. Sesederhana bernafas dan bergerak, kalau Allaah tidak mengizinkan mungkin kita takkan mampu menghirup udara bahkan menggerakkan tubuh kita ketika bangun setelah tidur melalui malam yang panjang.

Hal itu juga berlaku dalam ibadah-ibadah kita, meski tidak tercapainya ibadah sesuai dengan yang kita targetkan bukan satu-satunga faktor karna tidak diizinkan Allaah. Bukan. Barangkali tersebab dosa-dosa kecil yang menumpuk dan kita sepelekan hingga menutup kemudahan dalam beribadah. Begitupun, Allaah ingin kita tidak berputus asa. Maha Baik Allaah ya.

Di kelas KRM, awal banget aku gak ngeuh dengan beginian. huhu. Sampai di titik "kok aku males bangun ya, padahal fasil uda bangunin, alarm juga uda bunyi, hp uda di tangan, kenapa terasa berat ya?". Terus aku merefleksikan diri, apasih yang kurang.

Ya, ternyata aku belum memaknai kalimat "laa haula wa laa quwwata illa billaah" dalam kehidupan sehari-hari ku. Kalau bahasa kerennya sekarang tuh "mindfull". Familiar banget kan kalimat laa haula wa laa quwwata illa billaah, sering terdengat di telinga juga terasa mudah di lisan, namun belum kunjung diaplikasikan.

Melalui kelas aku jadi sadar bahwa meminta, memohon, bahkan terus-terusan berharap pertolongan Allaah adalah sesuatu yang harus dilakukan. Sesederhana bangun tahajud aja, gak akan mungkin bisa bangun kalau bukan pertolongan Allaah. Kalau bukan karna minta sama Allaah, badan kita tuh pengennya tidur aja, ada aja alasan buat nunda meski lapangnya waktu kita dan ngerasa beraaat banget buat gerakin tubuh untuk wudhu trus langsung tahajud.

Satu hal fatal adalah ketika kita selalu mengandalkan usaha kita, namun kita lupa meminta kepada Allaah. Meminta supaya dimudahkan, dilancarkan, dan diberkahi oleh Allaah. Ya, kita sering lupa. -penaimaji

Dzalim sama Waktu

tulisan Teh Juan di IG

Kebayang gak sih, ada orang yang kesibukannya ngalahin kesibukan kita tapi tetep bisa beribadah dengan maksimal. Tahajudnya terlaksana, tilawahnya jangan tanya berapa juz sehari, al-ma'tsurat gak ketinggalan, dhuhanya gak kelewat bahkan sebelum dan sesudah tidur ngelaksanin sunah-sunah Rasul. Kita yang ngaku sibuk masih sering keteteran buat ibadah. Tilawah ala kadarnya, tahajud gak kebangun, dhuha kelewat apalagi al-ma'tsurat bolong-bolong.

Sering banget bahkan uda pernah baca buku mengenai manajemen waktu, setiap hari buat to do list, tapi tetep aja belum bisa memaksimalkan ibadah. Amalan yauminya masih aja berantakan dan berserakan. Kan gak mungkin Allaah mau nambahi waktu 24 jam menjadi 25 jam, mustahil. Lalu apa yang membedakan kita dengan orang-orang yang sibuk (((bahkan lebih sibuk))) mengenai waktu?

Setelah menjalani hari-hari bersama KRM, lagi lagi aku disadarkan bahwa yang membedakan adalah mereka selalu mendahulukan Allaah sebelum aktivitas dunia dan menempatkan sesuatu pada tempatnya. Mengenai mendahulukan Allaah sebelum aktivitas dunia bakal aku bahas di poin selanjutnya. Untuk menempatkan sesuatu pada tempatnya ini lah barangkali yang sering terlewat oleh kita.

Waktunya ibadah kita pakai buat kerja.
Waktunya tidur kita pakai buat ibadah.
Waktunya istirahat kita pakai buat scroll-scroll media.

Ya gimana ibadah gak kelewat trus badan abruk kalau kita gak menempatkan waktu sesuai pada tempatnya. Kelas KRM ngajarin buat tepat waktu dan gak boleh dzalim sama waktu. Waktu yang kami gunakan bersama KRM tuh dari jam 03.00 - 06.00 pagi adalah buat ibadah, jam 06.00-06.30 buat laporan ibadah, jam 06.30-17.30 digunakan untuk aktivitas yang harus kami jalani beserta ibadah dan laporan ibadah sore. Lalu jam 17.30-03.00 kami gunakan untuk bersyukur, ritual sebelum dan sesudah tidur, nyicil tilawah, dan aktivitas-aktivitas pribadi lainnya.

Semenit pun kami gak boleh kelewat, bahkan laporan sebelum jam laporan juga gak boleh. Ya karna harus sesuai dengan tempat pada waktunya.
Jadi lebih sering-sering mensugesti dan bicara ke diri sendiri.
Denger adzan "oke Ririn, ini waktunya shalat. Matikan laptop atau tinggalkan dulu"
Selesai ashar, "Oke, ini waktunya buat tilawah dan al-ma'tsurat sore".

Begitu seterusnya. Bagi kita yang mulai terbiasa mensugesti dan sudah mengetahui durasi waktu ibadah-ibadah yang kita lakukan, akan lebih memudahkan kita buat memanajemen waktu.

24 jam dalam sehari adalah kepastian, bagaimana cara kita memaksimalkannya adalah pilihan. -dalam kontrak belajar Kelas Ramadhan Maksimal

Merapikan Amalan Yaumi

laporan amalan yaumi yang dirindukan huhu

Cukup berat ya kalau merapikan yang sudah berantakan, tapi akan selalu ada cara bagi kita yang mau berusaha agar tidak berantakan dari hal-hal yang sudah kita lakukan -meski belum maksimal. Ini juga berlaku dalam ibadah. Mungkin gak sedikit orang sudah bisa tahajud tapi masing bolong-bolong, pengennya setiap hari dan terus berkelanjutan. Hal ini lah yang akan berdampak ke poin sebelum ini.

Iya, berdampak pada waktu serta aktivitas yang kita lakukan sepanjang hari. Tentu ini berkenaan dengan kita yang harus mendahulukan Allaah dibanding aktivitas dunia lainnya. Artinya apa? Tahajud, tilawah 1 juz, al-ma'tsurat pagi, shalat sunah fajar, ritual sebelum dan sesudah tidur harus sudah tuntas sebelum jam 07.00, bahkan jam 06.00 pagi.

Rasanya mustahil ya? Iya aku juga ngerasa gitu. Dulu aku pernah baca tulisan "mba-mba" gitu yang menceritakan rutinitas ibadahnya sebelum berangkat kuliah. Waktu itu juga terbersit ingin sekali seperti mba itu, tapi ya lagi lagi wacana doang :( realisasinya gak seindah wacana gaes !

Kelas Ramadhan Maksimal menjadi wasilah terwujudnya hal yang pernah terbersit bahkan pernah singgah dalam rentetan wacanaku. Rasanya percaya gak percaya sih, diri yang lemah dan mageran ini bisa menuntaskan amalan yaumi sebelum jam 06.00. Tentu ada drama dengan tangisan-tangisan yang gak jarang terjadi.

Begitupun dengan sorenya, sebelum laporan uda harus tuntas dhuha, tilawah dan al-ma'tsurat sore. Bagi aku yang al-ma'tsuratan kadang kiding, moment bareng Kelas Ramadhan Maksimal mengubah duniaku *ceileh.

Sesuatu yang nikmat mungkin memang belum tentu mudah, namun di sela-sela kelelahan kita dalam beribadah akan ada ketenangan yang Allaah turunkan dalam kehidupan kita. Coba aja rasakan :)

Pelan-pelan Secara Berkala

source: unsplash

Pasti kita juga pernah melalui masa-masa semangat menggebu ingin mengerjakan amalan ini itu, sehari dua hari berlalu setelahnya melempem kayak apem. Iya kan? Ngaku aja deh. Aku pun pernah begitu. Ternyata untuk membangun habits tidak mesti menelan semuanya dalam satu waktu. Malah harus step by step dan emang harus konsisten.

Dalam Kelas Ramadhan Maksimal kami diberikan kontrak belajar yang meliputi amalan yaumi yang harus dikerjakan beserta konsekuensinya kalau telat laporan atau malah gak ngerjain. Kontrak belajar di Kelas Ramadhan Maksimal ini terkhusus di bagian amalan yaumi, cukup keren menurutku. hihi

Jadi yang kami kerjain itu di awal-awal ya manasin mesin dulu dengan 2 pekan sebelum ramadhan uda harus ngerjain amalan yaumi (presensi bangun, tahajud, tilawah min 1 juz, al-ma'tsurat pagi, bersyukur, dhuha dan dzikir sore). Memasuki Ramadhan, waktunya buat estafet perjuangan dimulai dengan 10 hari pertama amalan yaumi menjadi bertambah dengan ritual tidur yang harus dilaporkan paling lama jam 06.30. Di 10 hari kedua Ramadhan, amalan bertambah lagi dengan adanya ritual bangun dan shalat sunah rawatib minimal 1, tetep sama dengan laporan paling lama jam 06.30. Selanjutnya 10 terakhir ramadhan, ditambah dengan i'tikaf. Lalu ada juga amalan syawal agar setelah ramadhan enggak berakhir gitu aja amalannya.

Yang dilakukan secara berkala dan pelan agar habitsnya dibangun gak terlalu terburu-buru sampai kesedak. Barangkali memang kita sedang berlari mendekat dengan Allaah, namun kita juga harus lihat hal-hal yang memungkinkan kita tersandung jatuh.

Pelan-pelan aja, biar gak kesedak lalu ngerasa kapok. Kita hanya sedang melawan diri sendiri

Sendirian itu Berat

pas ditelponin fasil supaya gak ketiduran lagi :")

Mana ada orang yang mampu berjuang sendirian. Menggantungkan harapannya sendiri. Hidup dengan sendiri. Bahkan merasa bisa sendiri. Gak ada. Akan selalu membutuhkan orang lain untuk menemani perjalanan panjang ini. Di Kelas Ramadhan Maksimal, ada beberapa grup squad. Setiap squad berisi 5 orang dengan ditemani oleh 1 fasil.

Fasil bener-bener membantu kami untuk menuntaskan amalan yaumi. Terlebih ketika mendekati jam-jam genting laporan. Fasil juga yang missedcallin kami supaya bangun trus langsung presensi. Bakalan terus-terusan dimissedcall sampek presensi di grup.

Kebersamaan di dalam grup buat aku menyadari betapa penting circle yang menemani proses tumbuh kita. Ngeliat temen-temen uda laporan tuh rasanya "duh harus segera nih". Trus ngeliat temen-temen ada yang uda bangun sebelum dimissedcall fasil tuh rasanya "wah besok harus cepet bangun".

Lebih berasa ketika lagi futur, jadi ada yang nguatin ketika ngelihat semangat temen-temen yang di dalam grup squad. Lalu aku ngerasa gak sendirian. Ada momen saat aku sakit, trus nahan ngantuk sampek gak tertahankan, dimissedcallin terus-terusan sampek aku laporan. Bener-bener terharu.

Cukup merepotkan memang jalan bersama sebab harus melangkah bersama dan bersama melangkah. Hanya saja tak ada yang menjamin kalau sendirian mampu menerjang badai, dengan bersama akan saling menguatkan langkah. Biarlah kerepotan menjadi dinamika kebersamaan.


Selalu Ada Ruang Bagi Kita Yang Ingin Bersyukur


Unik banget kelas ini. Baru nemu kelas yang seunik ini dalam urusan amalan yaumi. Sesederhana bahkan mungkin yang sering kita lupakan juga abaikan mengenai bersyukur, dalam kelas ini tuh dijadiin kontrak belajar dan masuk ke dalam list laporan setiaaap hari.

Awalnya tuh bingung, kenapa mesti nulis jurnal bersyukur dengan minimal 3 hal yang disyukuri dari hari yang uda dijalani, buat apa? Ternyata syukur bukan sekedar melepaskan kata alhamdulillaah hingga keluar dari mulut kita. Syukur itu saat kita bener-bener sadar betapa banyak nikmat yang Allaah beri untuk kita. Betapa Maha Baiknya Allaah kepada kita. Hari-hari yang mungkin terasa hancur lebur, nyatanya selalu ada ruang syukur bagi kita yang ingin bersyukur.

Semakin kita bersyukur, semakin kita mengerti bahwa syukur itu semakin sederhana. Gak mewah dan menuntut harta. Bisa minum thai tea greantea setelah seharian lelah berlari sana sini. Keluarga dalam keadaan sehat. Seharian di rumah. Deadline selesai dengan baik. Banyak. Banyaaak banget. Saking sederhananya, kita gak akan cukup menuliskannya dimanapun.

Hidup ini tuh kalau gak disyukuri, adaaa aja yang membuat kita ngerasa kurang. Merasa ketidakhadiran Allaah di setiap proses kita. Bertanya-tanya dimana Allaah. Padahal uda jelas kalau syukur akan menjadikan kita hamba yang taat, karna kita sadar atas pemberian nikmat dari Allaah.

Syukur itu tak bernominal, tak berbilang juga tak terukur. Terus dan terus mengalir deras. Syukur juga harus terus dikelola agar tak luntur hanya karna lelah.

Isi Energi, Refleksi, Abadikan dalam Tulisan

source: unsplash


Kelas Ramadhan Maksimal gak cuma berisi amalan-amalan-amalan-amalan dan amalan doang. Ibadah itu gak cuma shalat dan puasa aja. Salah satu jalan beribadah ialah menuntut ilmu dan kelas ini memberikan fasilitas 'ruang belajar' bagi kami sebagai moment isi ulang energi. Moment yang selalu ditunggu setiap pekannya, terus selalu penasaran dengan pemateri yang akan ngisi.

Di moment ini bener-bener menerima energi yang membuat semangat ibadah. Kalau nyaris futur, setelah diisi materi langsung sadar lagi. Kalau nyaris patah dan layu, setelah mendengarkan materi langsung ingin tumbuh terus. Tidak hanya sampai disitu, kami juga diminta untuk mengikat ingatan dengan menulis refleksi dalam bentuk tulisan yang diupload di media.

Abadilah dengan terus merekam kenangan melalui tulisan. Menulis saja dulu tanpa perlu dibebani perasaan malu dan takut. Akan ada masanya kita mulai menata bahasa dengan baik.

Menjaga Nyawa

surat dari Teh Juan yang dikasi setiap hari selama 7 pekan 

Bagian terdeg-degkan dari perjalanan bareng KRM ialah menjaga nyawa. Setiap kali tidak mengerjakan dan telat dalam melaporkan dianggap menghilangkan nyawa. Nyawa yang diberikan hanya 7 selama 7 pekan. Ketika 7 nyawa sudah lenyap karna kelalaian maka harus siap menerima untuk dikeluarkan dari grup maupun rangkaian agenda KRM.

Dari sini aku jadi bisa menghargai kesempatan yang udah Allaah kasi. Betapa sering kita (((khususnya aku))) memohon kesempatan namun mudah sekali lalai hanya dengan alasan-alasan yang sebenarnya bisa banget untuk dihindarkan. Aku juga jadi ngerti bahwa alasan yang sering kita utarakan semakin sering akan menjadi sekedar alasan yang menandakan ketidaksungguhan kita dalam melaksanakan sesuatu.

Dalam kelas ini gak menerima excuse apapun. Keliatan kejam ya ya, namun kelas ini justru mendidik para pesertanya untuk disiplin dan sadar akan konsikuensi telah memilih serta memutuskan ikut kelas KRM ini.

Semakin kita beralasan, semakin kita menjelaskan kesalahan. Terima dan sadari kesalahan tanpa perlu a i u e o.

***

Ketika sampai di penghujung kebersamaan dalam agenda Kelas Ramadhan Maksimal ini bener-bener sedih. Jauh sebelum hari H perpisahan tiba, aku berpikir kalau aku akan memasuki babak perjuangan yang sebenarnya. 7 pekan bareng Kelas Ramadhan Maksimal hanyalah sarana yang mengantarkan aku ke hari-hari berjuang sampai ketemu dengan Ramadhaan di tahun depan -biidznillaah. Hari-hari berjuang yang tentu tidak ada lagi penghitungan nyawa, laporan dan ditelponin fasil. Hari-hari yang harus disadari bahwa sebenarnya ada malaikat yang mencatat dan ada Allaah Yang Maha Melihat.

Entah bagaimanapun jalan di depan nanti, semoga kita (khususnya aku) terus sadar akan konsikuensi jalan beragama yang kita pilih ini. Ibadah kita, niat kesungguhan kita hingga hal-hal kecil lainnya akan selalu Allaah lihat dan nilai.


Semangat terus kita ! 

Terima kasih Teh Juan dan seluruh fasil yang telah bersedia membersamai perjalanan kami selama 7 pekan.

Komentar

Postingan Populer