Menata Ulang

Bertemu Agustus kembali. Ini menjadi Agustus yang ke dua puluh dua sejak Allaah mengizinkan anak perempuan bernama Khairin Nazmi AR hadir didunia ini. Untuk sampai pada Agustus kali ini, tentulah sudah melewati Agustus-Agustus sebelumnya. Bila Agustus sebelumnya usia masih terhitung sebagai angka satuan dan belasan. Agustus tahun ini bersama dengan Agustus 2 tahun sebelumnya, usia sudah mencapai angka puluhan. Yak, dua puluh, dua puluh satu, daaaan dua puluh dua.

Perjalanan menuju Agustus 2018 melalui banyak kejadian. Mulai dari berjuang yang membuat aku merasakan ritme jatuh-bangkit berulangkali, fase kekecewaan, keputusan-keputusan yang harus diambil, dan melewati banyak prasangka. Pada akhirnya, tepat di usia Dua Puluh Dua ini ditutup dengan "Penerimaan". Berdamai atas setiap rasa yang sudah dilalui. Lapang dada pada tiap perpisahan yang sudah berlalu. Ikhlas untuk tiap yang pergi. Meyakini segala sesuatu merupakan rangkaian atas izinNya.

Aku sempat mengalami kekhawatiran yang menyergap. Ketakutan yang terus mengintai. Khawatir kalau keputusan yang sudah aku putuskan ternyata lebih banyak merugikan orang lain. Khawatir kalau hari-hari kedepan semakin menyulitkan langkah sendiri. Khawatir kalau esok, lusa dan nanti aku akan kehilangan teman-teman kolaborasi sebab mereka sudah menempuh jalan mereka masing-masing. Dan kekhawatiran lainnya, yang lebih banyak dan komplit. Maka dari itu, beberapa waktu ini aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan menghajar buku untuk dibaca, menuliskan hikmah yang terjadi, memperhatikan dengan detail kejadian dilingkungan sekitar, sepuas mungkin bertanya banyak hal dan menyibukkan diri dengan berdoa.

Memang dititik awal, aku merasa sedikit jengah dengan pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan. Seperti pertanyaan "Kenapa enggak S2 tahun ini?, "Kapan nikah?", "Kapan ke Jogja?", "Kenapa memilih kerja ditempat itu?", dan sederetan pertanyaan yang bermunculan dari banyak pihak. Sekarang, aku lebih santai untuk menjawab pertanyaan dari orang. Contoh, kalau ditanya "Kenapa enggak S2 tahun ini?", ya aku jawab saja "masih ngumpulin recehan untuk biaya S2". Atau seperti pertanyaan yang banyak beredar, "Kapan nikah?", dengan gaya santai biasanya aku jawab "bentar ya, aku tanya ke Allaah. Kalau sudah dijawab Allaah, nanti aku kabari dengan undangan". Begitu pun dengan pertanyaan lainnya, aku berusaha semaksimal mungkin memberikan jawaban dengan respon yang santai. Kadang, aku menganggap pertanyaan mereka sebagai sebuah doa yang harus aku jawab dengan mengaamiin-kan pertanyaan.

Kadang juga aku berpikir bahwa aku harus terlebih dulu menjawab pertanyaan yang berasal dari diri sendiri. Tentang bagaimana meniti karir pasca kampus, bagaimana rasanya dilamar orang asing, bagaimana menjalani kehidupan beberapa tahun kedepan, bagaimana merenda kehidupan, bagaimana dengan kontribusi ku dan memikirkan dari hal besar sampai kecil.

Sampai pada akhirnya aku menyimpulkan bahwa waktu terus saja laju. Perjalanan ini akan semakin ramai. Pertanyaan pun semakin banyak berdatangan. Mari menata ulang segalanya. Merapikan kenangan, meluruskan kembali niat yang mulai bengkok, menyatukan yang patah, menyembuhkan luka dan mengencangkan ikat kepala. Kekhawatiran yang sempat ada, perlu ditata kembali agar diletakkan pada posisinya. Ketakutan yang menghantui, perlu ditata kembali agar tidak berserakan. Dan perasaan yang cukup berantakan, mari ditata kembali agar rapi. Pertanyaan yang datang, perlu ditata kembali agar bisa dijawab satu persatu.

Ayo Berangkat ! Berlayar sampai ditempat pelabuhan bagaimanapun badai dan gelombang yang datang.

Ohya, jazaakumullaah teruntuk doa yang sengaja dilangitkan beserta ucapan Selamat menginsyafi usia. Doa yang sama pun ku langitkan untuk yang mendoakan. Semoga Allaah berkenan mengabulkan :)

Sumber Pict : Pinterest

Komentar

Postingan Populer