Connected


Menutup yang sudah seharusnya ditutup, bukan karna sudah muak sampai mengutuki lalu hilang rasa syukur. Bukan. Memang sudah waktunya. 2020 yang baik, tahun yang begitu banyak hal terjadi di luar dugaan. 2020 yang baik, terima kasih ya sudah mengukir banyak cerita. Aku bersyukur pernah menjalani hari-hari dimana aku menjadi orang yang mengerti bahwa yang aku takutkan, khawatirkan, merasa tak sanggup, dan sejenisnya, di akhir ternyata semua bisa dilalui. Meski hasilnya enggak baik-baik amat atau baik-baik aja, setidaknya berhasil menempa diri dengan pemahaman yang baik;tahu hikmah dibalik semua ini.

Di akhir tahun, aku terbiasa membereskan barang-barang kenangan. Aku baru sadar ada beberapa film yang belum aku tuntasin untuk ditonton. Maka aku yang sebenarnya dihimpit deadline, tapi berusaha dong ya nuntasin, sebelum memilih dihapus atau tidak.

Ada satu film anime, yang dulu aku tau sempat menjadi trending di twitter, lalu aku pernah melihat spoilernya. Bahkan aku pernah nonton, hanya saja di separuh jalan, aku ngerasa bosan karna gak ngeuh dengan jalan ceritanya.

Ku buka lagi. Barangkali ada kesan yang berbeda dengan yang pertama kali menonton. Weathering With You judulnya. Tau kan? Tau lah ya, pasti tau, mesti tau dong ya. ehehe.


Setelah film Kini No Nawa yang berhasil memukau karna alur, gambar serta soundtracknya bagus (((menurutku))), Makoto Shinkai sebagai penulis cerita kembali menghadirkan film yang berjudul Weathering With You. Uniknya dalam film Weathering With You, dua tokoh yang ada di Kimi No Nawa sekilas hadir menghiasi jalan cerita.

Hina Amano sebagai pemeran utama di dalam cerita film Weathering With You mengatakan bahwa ia terhubung dengan langit. Berawal dari kejadian saat ibunya sakit, Hina selalu berdoa agar suatu hari langit bisa cerah. Saat itu,Tokyo hujan terus menerus jatuh. Hina berkeinginan ketika ibunya sehat, agar ia bisa berjalan bersama ibunya di bawah langit biru. Ketika ia melihat kleluar jendela, ada secercah cahaya terang yang terpancar dari langit berada di suatu tempat, Hina bergegas mengikuti cahaya tersebut.

Sambil berdoa sepenuh hati, aku melewati gerbang kuil. Saat aku sadar, aku terbaring di lantai. Dan langitnya cerah. Mungkin sejak saat itu, aku terhubung dengan langit.

Ketika Hina berdoa dengan meminta kepada pemilik langit agar menghentikan hujan dan langit cerah, seketika itu pula awan yang semula hitam kelam perhalan berganti putih lalu menyingkap cahaya langit di balik awan. Orang-orang yang semula beraktivitas menggunakan payung maupun benda lain agar hujan tak mengenai mereka, berubah menjadi senyum syukur dan bahagia karna mereka bisa melihat cahaya matahari.

Aku ingat Fahd Pahdepie pernah menuliskan dalam bukunya yang berjudul Muda Berdaya Kaya Raya dengan pertanyaan,

Pernahkah kau menghitung bila dalam 1 hari ada 5 shalat, dalam 1 tahun kau mengerjakan 1.825 momen doa yang menghubungkan dirimu dengan Allaah secara langsung?

Artinya, kita sebagai seorang muslim punya banyak waktu atau momen yang menghubungkan kita dengan Allaah secara langsung melalui doa-doa kita. Doa yang harus kita yakini pengabulannya. Keyakinan yang semestinya melebihi Hina. Iya, setiap dari kita terhubung dengan Pemilik Langit dan Bumi, dengan Yang Maha Mengabulkan Doa. Allaah sedekat dan seterhubung itu dengan kita. Hanya saja kita sering merasa enggan dan sungkan padahal membutuhkan.

"Dan Rabbmu berfirman; Berdoalah kepadaKu, niscaya Kuperkenankan bagimu". (Q.S Ghafir: 60)

Tahun 2020 menjadi tahun terbaik untuk berkotemplasi, merenung, menyadari dan mengutip banyak hikmah. Kalau dipikir-pikir dan dirasa-rasa, ingin menangis terus menerus, mengusap air mata yang bercucuran, tak banyak pencapaian malah yang ada membuat tabungan dosa :") 

Di penghujung ini, aku hanya bisa mensyukuri setiap usaha, setiap jalan yang dilalui, setiap yang diberi, setiap yang pergi, dan setiap hal-hal yang terjadi. Kalau sudah terjadi, mau diapakan lagi? Ingatan manusia bukan barang yang bisa dibuang. Sekeras usaha untuk membuang, sekeras itu pula kenangan datang tanpa diundang. Terima saja. Terima bahwa hari-hari yang terjadi akan menjadi bagian masa lalu. Entah itu untuk dilupa, dikenang atau malah dijadikan pelajaran.

Barangkali, ditinggal pergi adalah sebuah pelajaran untuk mengetahui siapa saja yang bersedia menetap dan berjuang bersama. Barangkali, nilai terbaik bukan hanya perihal angka melainkan proses yang berhasil menempa sabar. Barangkali, rencana-rencana tak perlu suara untuk berkoar dimana-mana, hanya butuh tindakan nyata.

Jika ditanya, apa resolusi tahun 2021?

Tidak ada :)

Yang ada hanya keinginan sederhana untuk lebih terhubung dengan Allaah, semakin banyak membaca buku, lebih bersabar atas apapun yang diminta ke Allaah, dan menata niat sepanjang jalan saat menjemput takdir.

Semoga tahun 2021 kita (siapa saja dan dimana pun berada) bisa melesat dengan baik, bertemu dengan Ramadhaan, berada di tempat terbaik yang sudah Allaah tentukan, dan Allaah lapangkan rezeki kita :) Apapun doa dan harap yang tengah kalian panjatkan, akan aku aamiinkan dengan khusyuk

Sebagai penutup, ada tulisan yang cukup lama pernah aku tulis.

Nak... 
Seiring berjalannya waktu yang menuntunmu serta membawamu kepada Tahun Baru Hijriah sampai Tahun Baru Masehi, jangan pernah lupa bahwa yang diperbaharui tak sekedar euforia saja.  
Melainkan niat yang perlu ditata kembali, kenangan yang perlu dirapikan, iman yang harus dinyalakan untuk menerangi yang lain, hingga rencana-rencana kedepan yang disampaikan kembali kepadaNya 
Nak, sebelum apapun, memastikan bahwa hubungan kita dengan Allaah sedang baik-baik saja merupakan hal yang paling penting. Raka'at yang tak dilalaikan. Tilawah yang tak ditinggalkan  -meski sehari. Qiyamul Lail yang tak dilupakan. Hingga ritual-ritual lainnya yang bahkan harus dilebihkan. 
Nak, selamat menapaki jalan berliku selanjutnya !
-Tulisan dari Ririn kepada Ririn di pembuka tahun 2019 

 

 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer