Proud To Be Muslimah (Review Buku)


Hak dan kewajiban yang sama antara laki-laki dengan perempuan bukanlah berarti bahwa pekerjaan yang hanya bahu laki-laki yang kuat memikulnya, perempuan disuruh pula memikulnya. Islam mengajarkan bahwa meskipun sama-sama berhak dan sama-sama berkewajiban, pekerjaan harus dibagi


Judul : Buya Hamka Berbicara Tentang Perempuan

Penulis : Hamka

Penerbit : Gema Insani

Tahun terbit : Cetakan kedelapan, 2020 M

Tebal : viii+136 halaman

Di luar sana rasanya sudah banyak yang menuliskan resensi maupun review dari buku Buya Hamka yang berjudul Buya Hamka Berbicara Tentang Perempuan. Saya yang menulis review di sini sebagai wujud apresiasi sekaligus tantangan yang tercetus begitu saja. Apresiasi kepada diri sendiri yang sudah tuntas baca. Lalu tantangan dari saya dan Akrima (adek tingkat yang masyaa Allaah semangatnya, aktivis doyan keluyuran ceunah ehehe) yang mesti nulis review di sosial media (((bebas di platform manapun))) setelah selesai baca buku ini. Bisa dibilang buku ini menjadi buku favorit yang dibaca di tahun 2020. 

Buku ini memberikan penyadaran besar bagi siapapun mengenai perempuan sedari zaman Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang ternyata masih relate dengan hari ini. Permasalahan-permasalahan yang sebetulnya bukan masalah baru, namun Buya Hamka mengemas kembali di dalam buku ini dengan bahasa, dalil naqli (baik firman Allaah maupun hadits) yang menguatkan serta penekanan yang jelas, sehingga ketika dibaca meski berulang kali pun, buku ini akan memberikan api yang menyala dalam diri. Meyakini bahwa begitu indahnya Islam, Maha Baiknya Allaah yang menciptakan manusia;laki-laki dan perempuan, dan betapa luar biasanya sejarah yang mencatat bagaimana kehidupan Rasulullah yang berkaitan dengan perempuan.

Di setiap bab yang berisi 14 bab dalam buku ini, Buya Hamka memberitahu bahwa Islam tidak sedikitpun memandang rendah kaum perempuan. Keadilan-keadilan yang sedang diperjuangkan oleh feminisme dan orientalis, Islam sudah lebih dulu memberikan kedudukan yang adil bagi perempuan dan laki-laki. Sedari Islam hadir, perempuan tak lagi ditindas. Ada beberapa yang hal yang perlu dihighlight di dalam buku ini mengenai perempuan yaitu dari segi kedudukan perempuan dalam Islam, dalam pergaulan rumah tangga sebagai ibu, istri, anak perempuan, dan jaminan hak milik.

Kedudukan Perempuan Dalam Islam

Rupanya perempuan tidak begitu rendah di pandangan Islam, malah sejak Islam hadir, perempuan merasa bahagia sebab ada banyak ayat Al-Quran yang mengistimewakan kaum perempuan. Menggambarkan bahwa perempuan begitu dimuliakan, sampai ayat Al-Quran pun banyak membicarakan perempuan, diantaranya; ada surah Maryam, yang dengan izin Allaah bisa melahirkan Nabi Isa meski tanpa seorang ayah, shalihah dan zuhudnya yang membuat perempuan bangga sebab ada sebuah surah yang memakai nama perempuan. Ada surah At-Tahrim yang mengisahkan istri Fir'aun bernama Asiah, mengangkat nabi Musa menjadi anak dan membela Musa hingga dewasa. Ada surah An-Naml yang mengisahkan tentang seorang Ratu di negeri Saba' bernama Bilqis. Ada surah Yuusuf, menerangkan tentang kehidupan mewah istri para pembesar di dalam istana. Masih banyak lagi ayat-ayat yang mengisahkan tentang perempuan di dalam Al-Quran, yang semuanya meninggalkan kesan yang mendalam dan bisa diteladani oleh perempuan hingga akhir zaman.

Lalu Buya Hamka menuliskan bahwa perempuan mendapatkan penghargaan yang sama di dalam Islam, tidak ada yang berat sebelah. Tidak pula laki-laki dan perempuan hidup untuk meraih siapa yang lebih unggul, namun laki-laki dan perempuan adalah ciptaan Allaah yang dihadirkan untuk saling melengkapi. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki tugas yang sama dalam amar ma'ruf nahi munkar dan tugas menegakkan agama merupakan tugas bersama.

Laki-laki berzakat, perempuan juga, membuktikan bahwa perempuan pun berhak mempunyai hartanya sendiri. Perempuan wajib berpuasa sebagaimana laki-laki diwajibkan. Perempuan juga punya hak untuk mengambil keputusan di saat-saat yang menentukan, hal ini tergambar dari kisah Ummu Salamah yang menemani Rasulullaah ketika perjanjian Hudaibiyah. Jadi jika seorang laki-laki dapat menaikkan martabat jiwanya dengan iman, perempuan pun demikian. Sehingga sama-sama besar dalam bidang masing-masing.

Sedari Islam hadir, tulis Buya Hamka di dalam buku, Islam memerdekakan dan mengembalikan harga diri perempuan. Semula orang Arab malu memiliki anak perempuan, bahkan dikubur dalam-dalam sebelum melihat wajah anak perempuan yang baru lahir, parahnya wajah seorang ayah akan memerah padam menahan malu bila ia mengetahui istrinya melahirkan anak perempuan. Surah At-Takwiir menerangkan dosa besar bagi orang yang membenci anak perempuan. Neraka jahannam lah yang akan menjadi tempat bagi orang yang sejahat itu tidak menyukai anak perempuan. Kelak ketika di akhirat, anak perempuan yang yang tak bersalah, bertanya "sebab apakah mereka dikubur dan dibunuh?". 

Perempuan Sebagai Ibu, Istri dan Anak

Jelas sudah mengenai bakti pada ayah dan ibu tertera dalam Surah Al-Israa' ayat 23, pun begitu dalam surah Luqman yang mengingatkan kita tentang menghormati ayah dan ibu, serta gambaran bagaimana susahnya para ibu mengandung. Ada kisah seorang pemuda yang ditulis oleh Buya Hamka dalam buku ini, yang di akhir hayatnya ia kesulitan mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallaah sebab ibunya masih menahan kata maaf. Ada juga gambaran Sa'ad bin Abi Waqqash yang tetap berbakti pada ibunya meski ibunya tak memeluk agama Islam. Begitu besar penghargaan Islam kepada seorang ibu.

Mengenai istri, ada satu kalimat yang ditulis oleh Buya Hamka, yang paling saya sukai, "dia tidak kehilangan pribadinya karena bersuami saya". Perempuan tidak perlu mengubah nama ke dalam nama suami bahkan meleburkan hak akan kekayaan jatuh ke tangan suami sepenuhnya. Perempuan meski sudah menikah tetap memilik hak terhadap hartanya dan bebas membelikan barang yang disukainya. Ini menunjukkan kalau perempuan tanpa perlu diperjuangkan kebebasannya, islam sudah lebih dulu membebaskan perempuan dari belenggu-belenggu kejahiliyahan. Kebebasan yang tak membuat perempuan bablas dengan bergaul secara bebas lalu hamil di luar nikah.

Berkenaan dengan anak perempuan, Rasulullaah mencontohkan langsung di hadapan para sahabat untuk tak malu maupun merasa jijik mencium Fathimah sebagai anak yang paling bungsu dan satu-satunya setelah ditinggal oleh Zainab, Ruqayah, dan Ummu Kultsum wafat. Bahkan Rasulullaah mengatakan, "sekuntum bunga harum semerbak, kita cium. Dan rezekinya sudah dijamin oleh Allaah".

Terharu :")

Rasulullaah begitu menghargai kehadiran anak perempuan, beliau menunjukkan bahwa anak perempuan merupakan kembangnya kehidupan seorang ayah bukan untuk dikubur hidup-hidup maupun merasa malu memiliki anak perempuan :")

Jaminan Hak Milik

Pada bagian ini, Buya Hamka menjelaskan dengan tegas kalau perempuan berhak mendapatkan warisan. Memang benar adanya bagian laki-laki dua kali dari bagian perempuan, hal ini pun adil sebab tanggung jawab yang dipikul oleh laki-laki dua kali lipat dari perempuan.

Gambaran kisah Abdullaah Bin Mas'ud dan istrinya yang bernama Zainab pun memberitahu kita bahwa perempuan memberikan kebebasan mempunyai hak milik;harta. Harta yang bisa saja didapat dari warisan orangtua, pemberian suami, maupun hadiah dari saudara-saudaranya. Karena itulah seperti yang sudah disinggung di atas, bahwa perempuan juga wajib berzakat sebagaimana laki-laki diwajibkan berzakat.

Lebih jauh dan jelas, Buya Hamka juga menyinggung tentang kaum orientalis dengan membantah tuduhan-tuduhan yang diberikan kaum orientalis mengenai perempuan. Tentu akan lebih enak dan asyik jika temen-temen membaca bukunya langsung :)

"Pekerjaan para orientalis pun berhasil. Di zaman sekarang, sudah mulai ada gejala-gejala yang timbul di kalangan calon sarjana Muslim. Mereka yang tadinya diharapkan oleh masyarakat Islam akan membela Islam, dengan bangganya mencela segala yang berbau Arab dan menunjukkan kebanggaan jika dia telah banyak membaca Hourgronje, H.A.R. Gibb, Ignnaz Goldziher, De Boer, Nilcholson, Masignon, dan lain-lain."

Saya sendiri sangat merekomendasikan buku ini dibaca oleh seluruh muslimah dikarenakan tidak tebal, bisa dibaca sekali duduk, isinya daging dan padet. Sangat layak untuk dibaca agar tidak lagi menyangsikan bahwa Islam memberikan perhatian kepada seorang perempuan dan mampu membuka mata serta wawasan kita;khususnya perempuan. Bahwa yang dinamakan adil itu bukan harus setara maupun sejajar melainkan memahami porsi dan mau bekerja sama.

Kalau harus diakui, ini buku terbaik yang saya baca, karna gak butuh waktu lama untuk menuntaskannya. Terlebih membuat saya semakin percaya diri untuk bangga menjadi seorang muslimah sebab Islam memerhatikan saya sebegitu dalam dan detail :)





Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer