Menjadi Makna; Whisper Of The Heart


Kita punya jalurnya masing-masing. Kita akan tetap keren saat kita berada di jalur yang kita yakini dan tekuni. Jadi, be the best version of you !

Ini film produksi Studio Ghibli kesekian yang aku tonton. Setelah waktu itu belum bisa move on dari magicnya Spirited Away dan Totoro. Beneran menyihir aku sebagai penonton yang lumayan suka dengan genre romance, slice of life, magical, dan tentunya heartwarming. Kriteria (((ceileh kriteria wqqwq))) itu ada di film hasil produksi Studio Ghibli. Durasi filmnya enggak lama, jadi kalau nonton gak mudah bosan. Malah dibuat susah move on.

Film yang berjudul Whisper Of The Heart ini sebenarnya film yang aku tonton di tahun kemarin, di penghujung tahun, di saat-saat aku hilang arah karna merasa kepayahan dengan diri sendiri. Film ini menutup akhir tahun 2020-ku dengan sedikit senyum yang merekah. hehe. Dari film ini aku belajar 3 hal, yang bakal aku jelasin panjang kali lebar kali tinggi di bawah ini. Mohon kuatkan hati buat bacanya, setelah ini download film dan nonton yak :) *monmaapagakmaksa 

Kehangatan Cinta

"Aku membaca semua jenis buku, jadi namaku akan berada di kartu sebelum kamu." -Seiji Amasawa kepada Shizuku Tsukushima
Sedari beberapa menit film ini aku tonton, aku uda suka bahkan jatuh cinta dengan film ini. Tepatnya sejak Shizuku Tsukushima menemukan nama Seiji Amasawa di buku yang dipinjamnya dari perpustakaan. Seluruh buku yang dipinjam oleh Shizuku sudah lebih dulu dibaca oleh Seiji. Pertanda bahwa Seiji menyukai baca buku begitupun Shizuku. Dari sini lah seolah Semesta ingin memberikan titik-titik yang mengisi alur pertemuan mereka.

Shizuku yang mulai penasaran dengan Seiji lalu bertemu di bawah pohon rindang saat buku yang dipinjam oleh Shizuku ketinggalan di bangku dan dibaca oleh Seiji. Bahkan Seiji membaca dan mengganggu Shizuku dengan lirik yang dibuat oleh Shizuku untuk paduan suara di sekolahnya.

Btw, Shizuku memang anaknya suka baca buku juga jago nulis. Saat mereka pertama kali bertemu hingga beberapa menit kemudian di film ini, Shizuku belum mengerti apa yang bisa dilakukan untuk masa depannya? Padahal dia sudah punya modal kalau dia suka baca dan bisa nulis. Buktinya dia bisa nulis lirik lagu dan disukai sama teman-temannya.

Mengungkapkan perasaan di film ini juga gak kalah keren xixixi, Seiji menyatakan cinta ke Shizuku cuma di akhir cerita *sihiiiy. Yang setelah Seiji balik dari Italy trus jemput Shizuku di rumahnya untuk ngeliat sunrise dan bilang, "Dengar Shizuku, aku tak bisa mengatakan seberapa cepat itu, tapi...maukah kau menikah denganku?". Bagi aku, kisah cinta mereka di sini emang cukup dewasa banget sih ya untuk ukuran anak SMA yang baru mau lulus dan masuk kuliah.

Hal ini juga gak cuma diliat dari cara Seiji menyatakan "cinta dengan nikah" aja, sebelumnya, Shizuku uda lebih dulu mendukung pilihan Seiji untuk pergi ke luar negeri mengejar passionnya. Pun begitu Seiji kepada Shizuku, mendukung Shizuku untuk mencari tau jalan mana yang dipilih oleh Shizuku kedepannya.

Kekuatan jarak digambarin dalam film ini, saat Seiji pergi, Shizuku gak mau kalah ketinggalan dengan Seiji yang mengejar passionnya, saat itu mereka sama sekali enggak menggunakan telepon rumah. Padahal di film ini, telepon rumah sudah ada.

Paling lucu tuh di bagian Seiji mau ngabarin ke Shizuku kalau dia bakal pergi ke Italy, trus temen sekelas Shizuku pada cie-ciein gitu. Betul-betul ngegambarin anak SMA banget, suka ngecie-ciein kawannya kalau lagi deket sama orang lain, buat tersipu malu gitu ehehe.

Etapi agak kzl di bagian cinta segitiga yang di paruh waktu awal film diceritain lalu menghilang begitu aja. Gak ada sambungan gimana alur konfliknya. Heu

Kepercayaan Keluarga


Di usia mereka yang cukup muda, anak SMA yang berumur 14 tahun, mereka mencari tahu, mengejar, membicarakan kepada keluarga tentang yang ingin dilakukannya ke depan. Impian-impian yang ingin mereka wujudkan. Jalan yang mereka pilih dan akan dipertanggungjawabkan. Dukungan keluarga yang enggak mereka lewatkan.

Dari film ini, kita bisa liat gimana Shizuku dan Seiji memperjuangkan jalan yang mereka pilih dan yakini. Seiji ingin menjadi pembuat biola, orangtuanya meminta Seiji setelah lulus untuk masuk ke Universitas, hanya saja Seiji tidak menginginkannya. Lalu ayahnya memberikan kesempatan kepada Seiji untuk mengikuti magang di Italy selama 2 bulan. Keberhasilan magang ini menjadi tiket bagi Seiji untuk mewujudkan impiannya. Hanya saja jika tidak berhasil, Seiji harus mengikuti permintaan orangtuanya yang meminta dia masuk Universitas setelah lulus sekolah.

Ada penawaran dan kesepakatan antara Seiji dan orangtuanya, hingga Seiji bersungguh-sungguh membuktikan dan memperjuangkan yang dia inginkan. Namun, saat Seiji sudah terang dengan jalan yang akan ditapakinya, Shizuku malah masih bingung.

Menggambarkan secara jelas betapa galaunya Shizuku mencari tau yang diinginkannya, apa yang bisa dilakukannya, dia mau jadi apa di depan nanti. Sebuah perbedaan yang nyata dengan Seiji yang sudah terang benderang dengan keyakinannya.

Berhari-hari Shizuku mikirin, ngobrol bareng temennya, juga ngobrol dengan kakek Seiji, sampai dia menemukan jawaban bahwa dia ingin menjadi penulis dengan memberikan tantangan kepada diri sendiri.

Ada masa di film ini terjadi konflik saat Shizuku mengejar impiannya -menjadi penulis. Ya pada saat nilai sekolah Shizuku rendah. Karna dia fokus mengasah diri untuk menerbitkan hasil tulisannya yang akan ditunjukkan ke kakek Seiji.

Masa-masa ini lah yang buat aku suka dengan Ayah dan Ibu Shizuku. Aku suka dengan cara mereka menerima bahwa anaknya sedang tidak fokus dengan nilai di sekolah, mempercayai anaknya sedang mengusahakan sesuatu, bahkan cara ayah Shizuku menenangkan dan mencari tau jawaban dari Shizuku pun begitu menarik.

Benar adanya, dukungan keluarga adalah suatu kebutuhan dalam hidup. Saat kita bisa mendapatkan dukungan dari keluarga, saat itu pula kita mendapatkan energi berlipat-lipat untuk mengejar yang sedang kita impikan.

"Apapun yang kau lakukan di perpustakaan, aku mengagumi kerja kerasmu. Kita biarkan saja dia melakukan apapun yang diinginkannya. Tidak semua orang harus sama. Yosh, Shizuku, lakukan apa yang kau yakini. Tapi itu tidaklah mudah untuk menempuh di jalanmu sendiri. Kau hanya bisa menyalahkan dirimu sendiri." -Ayah Shizuku kepada Shizuku

Meyakini Potensi


"Sekarang...sekarang saya sudah menulis, saya tahu, tak cukup hanya dengan kemauan. Saya harus lebih banyak belajar." -Shizuku kepada Kakek Seiji
Yang aku tangkep dari film ini ngasi tau ke kita, kalau passion bukan sekedar kemauan dengan tiba-tiba terwujud begitu saja. Hmm atau sesuatu yang sudah ada sejak lahir tanpa perlu dikembangkan. Melainkan, passion atau apapun itu namanya, adalah sesuatu yang perlu diusahakan dengan sungguh-sungguh. Diyakini dengan betul-betul hingga seluruh daya kita kerahkan untuk hal tersebut.

Kelemahan kita, kita memang sering enggak pede dengan potensi yang kita miliki. Kita suka baca buku, kita enggak yakin kalau kita bisa menulis. Kita  suka berbagi cerita, kita enggak yakin kalau kita mampu menjadi pembicara. Potensi kita emang perlu diyakini.

Tapi,

Pernah baca tulisan Mba Mutia di buku Bertumbuh, Mba Mutia bilang kalau "ada yang lebih penting daripada mengikuti passion, yaitu menjadi bermanfaat. Pastikan bahwa setiap pilihanmu adalah manfaat -dunia akhirat."

Keseimbangan dalam menjalani hidup memang perlu. Kita gak bisa menimbang dengan berat sebelah, yang ada malah hidup kita berantakan. Dunianya dikejaaar terus, lupa akhirat. Akhiratnya dikeeejar terus sampai kebutuhan hidup terabaikan. Padahal untuk menggapai akhirat yang baik, kita butuh tools duniawi, begitu juga sebaliknya.

Sampai di sini kita -terlebih aku, pun mulai harus belajar menyeimbangkan potensi yang dimiliki dengan menebar kebermanfaatan, hingga kita bisa menjadi makna saat hidup di dunia untuk menggapai akhirat yang baik. Selamat bertumbuh dan bermakna ya ! :)

note : semoga tulisan ini mengandung manfaat :")



Komentar

Postingan Populer