Ahsanu 'Amalan
Aku teringat saat teman-temanku sudah pada gugur dari bangku kuliah menuju wis-sudah yang selanjutnya memasuki fase kehidupan pasca kampus, sementara aku masih berkutat dengan penelitian dan bimbingan. Ada banyak hal yang membuat ku terlambat setengah tahun menuntaskan S1, saat itu salah satu alasan yang mungkin terdengar aneh adalah aku memikirkan serta merencanakan kehidupan pasca kampusku.
Sejujurnya ku takut menghadapi kehidupan pasca kampus, sepaket dengan kekhawatiran yang tengah bersarang dalam diriku. Satu persatu pertanyaan mulai bising di kepala. Pertanyaan yang ku buat sendiri. Lalu aku juga merasa ndak siap menghadapi pasca kampus sebab aku ndak mempersiapkan diri.
Berbekal niat, sembari menuntaskan segala perangkat yang berkaitan dengan sidang, aku mengikuti beberapa materi baik secara online maupun offline. Ditambah dengan aku yang mencari informasi kehidupan pasca kampus dari kakak tingkat maupun teman yang sudah lulus. Kata mereka, setelah wis-sudah makin rame pertanyaan. Wkkwk.
Melalui salah satu akun Line@ yang aku ikuti, memberikan informasi ada kelas online pra nikah yang diadakan di ruang grup line. Di flyernya tercantum materi yang akan diberikan. Biayanya juga ndak mahal. Di bawah seratus rebuk wkkwk. Aku ngerasa materinya daging banget. Ku cari tau tentang pematerinya sampai baca isi blognya. Kayaknya cocok nih, enggak bahas yang galaw atau gimana-gimana. Aku ikuti.
Kelas dimulai awal november 2018 kalau gak salah, dengan jangka waktu sampai januari 2019. Bentar banget sih emang. Pematerinya masih pasangan muda, kayaknya sih seumuran samaku. Hafizh-hafizhah, sama-sama berjuang di bidang kesehatan, sama-sama penerima beasiswa meski beda alur. Satunya dari RK, dan satunya lagi dari Bakti Nusa.
Di pekan kedua kelas online, bahas tujuan hidup yang disertai dengan penugasan. Ehehe. Emang berasa ikut kelas pra nikah beneran, enggak abal-abal gitu.
Berangkat dari Ahsanu 'Amalan
Buku yang fenomenal banget bicarain tentang habits, yaitu buku Stephen R Covey yang berjudul 7th Habits of Highly Effective People menuliskan "persiapkan hari esok dengan memulai dari bagian terakhir". Yak, start from the end of your life. Seperti dalam materi yang diberikan, bahwa dalam Islam terutama kita sebagai seorang muslim mengartikan kata "akhir" bukan hanya tentang kematian saja. Melainkan jauh lebih dari itu, memandang kehidupan akhirat sebagai akhir yang diharapkan baik.
Untuk mengetahui kehidupan akhirat sebagai akhir, maka kita harus tahu terlebih dahulu tujuan Allaah menciptakan kita, menjadi manusia hidup dan mati. Terkait dengan hal itu, Allaah katakan di Q.S Al-Mulk:2.
Setelah kita mengetahui bahwa Allaah menciptakan kita untuk menguji kita siapa yang paling baik amalnya, ahsanu 'amalan yang tertuang dalam Q.S Al-Mulk:2. Dari situ lah kita mula berangkat dengan bertanya, "Amalan seperti apa yang akan kita jadikan sebagai andalan untuk bertemu dengan Allaah? Akankah kita bisa masuk syurga bersama dengan keluarga kita? Syurga di tingkatan berapa yang ingin kita capai? dan lain sebagainya yang sejenis dengan pertanyaan seperti itu".
Seperti kata Mba Zahra dan Mas Fahmi (pemateri kelas online pra nikah ituw), "tujuan hidup terbesar kita seyogyanya adalah untuk menghasilkan amal terbaik agar menjadi penyelamat di akhirat kelak".
Jadi teramat disayangkan kalau tujuan hidup kita hanya sebatas memikirkan setelah ini mau begini lalu begini. Barangkali boleh saja, namun kalau tujuan hidup kita dirangkai berkaitan dengan kehidupan akhirat, maka segala tindak dan langkah kita akan berlari menuju akhir yang baik; akhirat.
Set Your Goal
Daftar pertanyaan di atas yang sudah kita pikirkan, jawaban mesti terealisasi dalam kehidupan nyata. Hal tersebutlah yang membuat kita merencanakan hidup, tidak hanya sekedar mengikuti arus yang mengalir deras. Ahsanu 'Amalan kita jadikan sebagai spirit dari tujuan hidup kita.
Kalau kita bertanya apakah kita bisa masuk syurga bersama keluarga kita, maka dengan begitu kita harus merancang keluarga seperti apa yang ingin kita bangun untuk bisa memasukkan semua ke dalam syurga. Ingin menjadi anak, suami/istri dan ayah/ibu seperti apa. draft pertanyaannya dijabarkan lagi menjadi langkah konkret serta perbaikan diri menjemput takdir seperti yang direncanakan.
Dengan kita bertanya kepada diri sendiri akhir baik seperti apa yang kita inginkan, kita pun mulai bisa merancang langkah-langkah praktis yang bisa kita lakukan untuk mencapai tujuan. Merealisasikannnya ke dalam kehidupan nyata
---
Semoga kesudahan yang baik dengan tujuan yang baik serta setiap langkah kecil yang tengah kita tapaki mampu menghantarkan kita kepada tujuan yang kita inginkan.
Komentar
Posting Komentar