Siblings; Dedek-dedek gemeshku


Masih ingat tulisan perkenalanku di blog ini? kalau lupa, sabi banget klik di sini :)
Yak, aku punya tiga orang adik yang kadang menggemaskan dan kadang mengenaskan. Gemas kalau lagi baik hati dan nggak mancing keributan. Ngenas kalau lagi suka godain sampek berujung ribut saling ejek-ejekan.

Ku pernah tak percaya kalau aku punya adik sampai berjumlah 3 dan aku sebagai anak pertama. Anak yang seringkali harus mengalah, demi adik-adiknya. Anak yang harus meluaskan pengertian dan harus segera dewasa. Masih ku ingat perasaan cemburu saat adikku nomor 3 lahir. Lalu ketika MA, aku punya adik lagi. Kalau diingat-ingat, lucu jugak.

Kami berkumpul lengkap baru 2-3 tahun belakangan ini. Karna sejak MTs sampai MA, adik-adikku di pondok pesantren. Mereka pulang hanya di waktu-waktu tertentu. Setelah lulus, barulah menetap di rumah. Ada yang hanya MTs aja di pondok pesantren. Ada juga yang sampai MA di pondok pesantren.

Uda sebesar dan segede gini, mereka tetap menjadi adik-adik yang paling sering godain kakaknya. Kami tentu memiliki karakter yang berbeda. Saat aku berjalan atau boncengan dengan adik nomor 2 (adik laki-laki), sering orang mengira kalau dia pacarku :"). Orang bilang, "kok beda ya". Trus adik ku selalu jawab, bersaudara gak mesti sama tapi harus bersama. Ehehe.

Kalau dengan adik yang nomor 3, orang sering bertanya keberadaannya. Hampir gak pernah keluar rumah, kecuali nyapu halaman dan jemuri pakaian. Kalau adik yang nomor 4, ya begitu karna yang paling kecil, kakak dan abangnya paling kompak kalau urusan gangguin sampek nangis.

Seperti nasihat ibu, "kalau nanti sudah besar dan menikah, yang perlu dijaga adalah saudara meski sudah berkeluarga masing-masing". Perumpaan yang paling sering didenger sih, ibarat darah kalau dicincang tidak akan putus.

--

Mereka, adik-adik yang punya caranya masing-masing menunjukkan rasa cinta

Mereka, adik-adik yang memilih jalannya sendiri untuk membahagiakan orangtua. Meski harus berbelok terlebih dahulu. Babak belur sampai lebur terlebih dahulu. Namun sampai juga di fase mengerti alasan orangtua harus dibahagiakan.

Mereka, adik-adik yang didoakan olehku, ayah dan ibuk. Doa meminta dengan lirih, memohon yang terbaik.

Mereka, yang kelak akan dewasa pada masanya. Tumbuh pada jalan yang mereka yakini kaki pijakannya kuat.

Mereka, yang nanti akan dirindu, setelah tak lagi hidup serumah namun hati tak mungkin berpisah.

---
Kalian, kakak menyayangi kalian seperti hujan yang mengalir deras di tanah yang siap menerima hujan. Terima kasih sudah bersedia menjadi adik kakak. Yok semangat menjalani hari di depan. Semoga semesta senantiasa mendukung~

Komentar

Postingan Populer