Tuntas #30DaysWritingChallenge
Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa -suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah dimana. (Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara)
Ini pertama kalinya aku ikutan #30DaysWritingChallenge dan tuntas. Terharu dong ya. Pengen bilang terima kasih banyak ke diri sendiri karna uda berusaha menuntaskan. Meski menjalani hari-hari selama 30 hari belakangan ini merasa, "ya Allaah belum nulis. Mau nulis apa dan gimana hari ini. huhu" yang kadang buat pengen nangis dan bertanya "apa udahan aja ya wkkwk. etapi uda memulai ya harus mengakhiri dengan baik". Padahal temanya sudah ditentukan, tapi ada kalanya sih emang ngerasa stuck, gatau mau nulis apa dan mau ngasi kalimat apa di tema yang uda ada.
Fase stuck nya itu berada di pertengahan. Ini mulai keliatan pada banyak yang berguguran. Gak bisa dibohongi, ada rasa jenuh dan pengen balik arah. Mungkin ini sebabnya dalam membentuk habits dibutuhkan waktu selama 40 hari secara konsisten, karna ya emang di awal semangatnya warbiyazah syekalih. Di pertengahan, mulai redup. Di akhir, mulai mengerti arti konsisten dan terbiasa.
Ujiannya ada di tengah-tengah. Bagi aku yang uda menjalani #30DaysWritingChallenge, kalau sudah bisa melewati fase pertengahan, maka merasa terbiasa menuju akhir. Walaupun terlambat, setidaknya berkomitmen untuk melaksanakan punishment.
Jaaadi, di hari terakhir ini, aku menyadari beberapa hal betapa faedahnya ikutan challenge ginian. Ya selain membentuk habits, ada hal yang mungkin berasa sekali di 30 hari yang aku jalani dengan rutin menulis;
Taat itu butuh teman, gak bisa sendirian
Sejujurnya pernah merencanakan challenge buat diri sendiri di 7 hari awal ramadhan. Challengenya ringan banget. Menulis tadabbur dari surah favorit dan kaitannya dengan pengalaman hidup. Sungguh amat disayangkan, berlalu gitu aja. Gak terlaksana. Selain mungkin niatnya yang kurang kuat, melakukan hal sendirian memang butuh effort yang gede. Itulah sebabnya, kita butuh teman berjalan.
Setidaknya ngingetin kita, termasuk ngingetin punishment. Hal ini pula yang paling terasa di grup Writing Challenge, hukumannya emang cuma buat 1 tulisan bebas tanpa ada aturan dan batas, tapi rasanya malu juga banyak hukuman. Kalau emang masih bisa diusahaaakan, ya berusaha untuk enggak telat. Ya kalau uda berusaha kali tapi memang ada prioritas lain yang harus segera dikerjakan, terpaksa deh telat dan mesti ngerjain punishment.
Ohya akhir akhir ini aku telat :( huhu, tapi hari ini tidak ehehe. Karna hari ini hari terakhir.
Sarana membentuk habits #ceileh
Seperti yang uda aku jelasin di atas,kalau habits biasa dibentuk selama 40 hari secara konsisten. Nah dengan mengikuti challenge ini, aku merasa sedang membentuk kebiasaan baru. Kebiasaan yang membuat hari-hari ku memikirkan, "ohya hari ini nulis apa ya?", trus rajin ngecek hari ini temanya apa ya.
Ya kan uda aku kataakan juga di atas, ujiannya itu ada di hari belasan. Fase ini pula yang membuat aku semakin mengerti bahwa iman manusia memang fluktuatif;naik turun. Dengan mengetahui waktu biasanya kapan naik dan kapan turun, kita bisa lebih mengatur strategi untuk mencari cara agar tetap konsisten.
Sebab tidak ikut #30HariBercerita
Ehehe, lucu banget sih ini, dengan ikutan #30DaysWritingChallenge, aku jadi tau penyebab aku sampai hari ini tidak ikut #30HariBercerita. Jaaadi, setelah melakukan meditasi (((WKKWK))), aku mulai sadar bahwa platform yang nyaman menurut versi aku sangat menentukan mood menulisku.
Kan tantangan #30Hari Bercerita tuh cuma nulis di ige, kalau di tempat lain sih terserah kayaknya, tapi kayak gak termasuk tantangan dan hampir sama berasa sedang menantang diri sendiri tanpa ada teman untuk berkompetisi gitu. Walaupun bukan sebwah kompetisi sih ya.Nah, sementara kalau nulis di ig itu teramat amat sangat jarang, bisa sebulan sekali, dua bulan sekali, dsb.
Di ig merasa terlalu rame ehehe. Jadi memang tempat pelarian biasa nulis ya di twitter ataupun di sini. Maka dari itu, meski ku sudah berniat tapi kalau ku tetap merasa gak nyaman dan malesan, akan terus menerus hanya menjadi niat.
Untuk itu ku memutuskan tidak ikutan #30HariBercerita, cukup jadi pembaca, penikmat tulisan mereka yang ikutan ehehe.
Pertama kalinya
Pertama kalinya ikutan #30DaysWritingChallenge. Pertama kalinya nulis di blog selama 30 hari tanpa menulis terlebih dulu di word. Pertama kalinya ngungkapin banyak hal ke dalam tulisan tanpa ragu (((karna lebih takut lewat deadline wkkwk))). Pertama kalinya, tuntas #30DaysWritingChallenge. Pertama kalinya menulis surat secara terbuka di blog ehehe. Pertama kali pokoknya lah. Berkesan. Ngerasa terharu, bahagia, lega dan tentunya berterima kasih kepada seluruh penghuni grup yang sudah bertahan hingga hari ini. Kita keren !
Menulis sama dengan melegakan
Biasanya menulis di microsoft word dan menyimpan untuk diri sendiri, kali ini coba hal yang lebih berani;mempublikasikannya. Bagi orang yang sangat tertutup kayak aku, menulis #30DaysWritingChallenge seperti sudah mendobrak dinding yang menutupi antara kebanyakan mikir dengan kegentingan deadline.
Bagaimanapun, menulis merupakan salah satu cara yang paling melegakan, sampai saat ini masih aku rasakan manfaatnya. Terlepas dari faedah isinya ya. Dan kamu yang belum nyoba menulis, sangat disarankan. Mulai dari yang sederhana, sereceh curhatan yang suatu saat bakal kita tertawakan.
Ohya, aku penasaran gimana aku nanti di masa depan membaca kembali tulisan #30DaysWritingChallenge di blog ini wkwkk. Semoga aku tetap menyadari bahwa yang menulis adalah aku dengan kesadaran diri sepenuhnya wkkwk.
---
Hmm apa lagi ya. Itu aja deh kayaknya. Ku selalu percaya kalau kenangan yang hari ini kita tuliskan mampu menyegarkan ingatan kita di masa depan. Tak apa kalau belum rapi nulisnya. Tak apa belum bisa seromantis penulis novel. Tak apa belum sekeren penulis cerpen. Tak apa juga kalau hanya bisa menulis recehan curhatan. Sama sekali tak apa, asalkan terus menulis.
Special big thanks, buat semuanya yak !
Salam,
Ririn anaknya Pak AR
Komentar
Posting Komentar